09 Juni 2009

BAINA FM : Menumbuhkan Kelompok Taruna Tani


Masyarakat Kabupaten Kuningan sangat gemar mengkonsumsi ikan basah terutama ikan air tawar. Beberapa jenis ikan yang banyak diminati diantaranya ikan gurame, mas, nila, nilem dan lele. Untuk mencukupi kebutuhan pasar, baru 40% yang bisa dipenuhi dari hasil perikanan domestik, sebagian besar (60%) masih mendatangkan dari luar kabupaten, diantaranya dari Ciamis, Majalengka, Cirebon, Bandung dan Sukabumi. Kurangnya ketersediaan ikan konsumsi, diakibatkan oleh fungsi sebagian besar usaha perikanan bersifat subsisten (untuk konsumsi sendiri) dan juga lebih diakibatkan karena kurangnya penyediaan benih ikan yang bermutu dalam jumlah cukup dan kontinyu.
Berbekal pengalaman usaha pembenihan dan pembesaran ikan selama  2 tahun (semenjak tahun 2007 s/d sekarang) dan didasarkan dari ketersediaan air permukaan yang mencukupi sepanjang tahun, jumlah ketersediaan kolam yang banyak dengan kondisi bangunan kolam yang permanen, serta sumber daya para pemuda yang memadai, maka kami para pegiat Radio Komunitas BAINA FM Desa Babakanmulya Kecamatan Jalaksana membentuk sebuah wadah bagi para pegiat perikanan yaitu Kelompok Taruna Tani BAINA, mengelola usaha pembenihan dan pembesaran ikan. Jenis ikan yang dikelola adalah yang mempunyai prospek pasar yang baik antara lain ikan nila, Mas, Gurame, lele, dll.
Tujuan pembentukan Kelompok Taruna Tani BAINA ini adalah:
a. Penguatan kelembagaan dan permodalan Kelompok Taruna Tani BAINA
b. Memenuhi kebutuhan benih ikan bermutu dalam jumlah cukup dan kontinyu
c. Memenuhi kebutuhan protein ikan bagi masyarakat dan mencukupi kebutuhan ikan bagi pasar domestik Kabupaten Kuningan.
d. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pemuda tani dan keluarganya.
Kegiatan usaha perikanan tersebut masih perlu mendapatkan dukungan dan bimbingan yang lebih intensif sehingga potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada dapat diberdayakan semaksimal mungkin dalam rangka pemenuhan protein hewani bagi pertumbuhan tubuh manusia.
(pedro_baina@yahoo.co.id)

01 Juni 2009

GUNUNG CIREMAI : TUJUH PENDAKI TERSESAT


Gunung Ciremai berada di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Posisi Geografis puncak Gunung Ciremai terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Puncak gunung Ciremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka.
Beberapa hari yang lalu yaitu hari Sabtu Tanggal 23 Mei 2009 dikabarkan sebanyak tujuh pendaki asal Bekasi tersesat di Gunung Ciremai sejak. Mereka mendaki sejak hari Kamis tanggal 21 Mei 2009, yang rencananya mereka hanya tiga hari ternyata hingga kontak terakhir Sabtu malam, mereka belum juga turun gunung, sedangkan mereka dalam kondisi tanpa makanan, serta perbekalan lain karena sudah habis selama tiga. Ditambah lagi salah satu di antara mereka terluka karena terjatuh kedalam jurang di lokasi Gua Lawet. Mereka semua ternyata tidak terdaftar dalam izin pendakian di Balai Taman Nasional Gunung Ciremai.

Gunung merupakan suatu gundukan tanah yang menjulang tinggi, biasanya memiliki sebuah titik tertinggi yang disebut puncak. Sebelum memasuki puncak tersebut tentu saja kita harus melewati beberapa tingkatan, baik tingkatan keadaan suhu udara maupun jenis pohon yang kita lewati. Ada yang disebut hutan belantara, yaitu sebuah lokasi pada ketinggian tertentu yang disitu banyak ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi serta memiliki banyak belukar dan tidak jarang yang berlumut dikarenakan usia pohon yang sudah sangat tua serta kondisi suhu yang lembab.
Tentu saja kejadian ini selalu membawa hikmah. Ketika kita memasuki suatu tempat tentu kita haruslah memiliki etika. Begitu juga ketika kita memasuki Gunung atau Hutan belantara, terlebih lagi jika tempat tersebut jarang dilalui manusia. Selain kita harus bersikap “sopan” terhadap alam dan jangan mengganggu atau merusak, kita juga sebaiknya jangan berkata yang jelek. Menurut para ulama Berkata juga merupakan sebuah do’a, jadi jika kita berkata yang jelek maka do’a kita adalah jelek pula. Bertingkah laku yang “sopan” juga itu harus kita terapkan, karena didalam hutan terdapat banyak rumah, tentunya rumah para penghuni hutan.
Renungkanlah....
(pedro_baina@yahoo.co.id)


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Bands. Powered by Blogger